12 Juni 2017

Virus Chikungunya: Pengertian, Vektor Penular, Penyebaran, Penularan, Gejala & Terapinya

Virus Chikungunya: Pengertian, Vektor Penular, Penyebaran, Penularan, Gejala & Terapinya

Virus Chikungunya: Pengertian, Vektor Penular, Penyebaran, Penularan, Gejala & Terapinya - 

Virus Chikungunya adalah Arthopod borne virus yang ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk. Hasil uji Hemaglutinasi Inhibisi dan uji Komplemen Fiksasi, virus ini termasuk genus alphavirus ( “Group A” Arthropod-borne viruses) dan famili Togaviridae. Sedangkan DBD disebabkan oleh “Group B” arthrophodborne viruses (flavivirus).

Vektor Penular Chikungunya

Vektor utama penyakit ini sama dengan DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut.

Nyamuk Aedes spp seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik (larva) - pupa - nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2â€"4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.

Siklus hidup Aedes agypti
Siklus hidup Aedes agypti

Habitat Perkembangbiakan

Habitat perkembangbiakan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
  2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/dispenser, barang-barang bekas (contoh : ban, kaleng, botol, plastik, dll).
  3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung coklat/karet, dll.

Perilaku Nyamuk Dewasa

Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari makanan. Nyamuk Aedes sp jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat antropofilik). Darah diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut dengan siklus gonotropik.

Aktivitas menggigit nyamuk Aedes sp biasanya mulai pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

Setelah mengisap darah, nyamuk akan beristirahat pada tempat yang gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah, berdekatan dengan habitat perkembangbiakannya. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya.

Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di atas permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ±2 hari. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan ±6 bulan, jika tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

 

Penyebaran

Kemampuan terbang nyamuk Aedes spp betina rata-rata 40 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Aedes spp tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis, di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat umum. Nyamuk Aedes spp dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ± 1.000 m dpl. Pada ketinggian diatas ± 1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan nyamuk berkembangbiak.

 

Variasi Musiman

Pada musim hujan populasi Aedes sp akan meningkat karena telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya (TPA bukan keperluan sehari-hari dan alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit Demam Chikungunya.

 

Faktor Resiko

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit Chikungunya, yaitu: manusia, virus dan vektor perantara. Beberapa faktor penyebab timbulnya KLB demam Chikungunya adalah:

1. Perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi
2. Sanitasi lingkungan yang buruk.
3. Berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk (sanitasi lingkungan yang buruk)

Ada gelombang epidemi 20 tahunan mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Anti bodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali.

 

Mekanisme Penularan

Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes SPP Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. 

Mekanisme Penularan Chikungunya
Mekanisme Penularan Chikungunya

Masa Inkubasi

Masa inkubasi terdiri dari masa inkubasi intrinsik dan ekstrinsik. Masa inkubasi intrinsik adalah periode sejak seseorang terinfeksi virus Chik sampai timbulnya gejala klinis, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik adalah periode sejak nyamuk terinfeksi virus Chik sampai virus tersebut dapat menginfeksi orang lainnya melalui gigitan nyamuk tersebut.

Masa inkubasi intrinsik Chikungunya rata-rata antara 3-7 hari (range 1-12 hari), sedangkan masa inkubasi ekstrinsik berkisar 10 hari. (WHO PAHO, 2011). 

Masa Inkubasi chikungunya
Masa inkuibasi Chikungunya

Kepekaan dan Kekebalan

Sekali seseorang terinfeksi virus Chik maka akan diikuti dengan terbentuknya imunitas jangka panjang (long-lasting imunity) di dalam tubuh penderita (WHO  PAHO, 2011). Sampai saat ini hanya diketahui satu serotipe Chikungunya. Terjadinya serangan kedua belum diketahui dengan pasti.

 

Gejala Klinis

1. Demam

Pada fase akut selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik). Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (conjunctival injection).

 

2. Sakit persendian

Nyeri persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid, terutama di sendi â€" sendi pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul.

Pembengkakan persendian
Pembengkakan persendian

Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis.

 

3. Nyeri otot

Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang - kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki.

 

4. Bercak kemerahan (rash) pada kulit

Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulopapular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4 - 5 demam. Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. 

5. Kejang dan penurunan kesadaran

Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.

 

6. Manifestasi perdarahan

Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan penyakit walaupun pernah dilaporkan di India terjadi perdarahan gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi.

 

7. Gejala lain

Gejala lain yang kadang-kadang dapat timbul adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan pembesaran kelenjar getah bening.

 

Pemeriksaan Laboratorium

Untuk memastikan diagnosis perlu pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: Isolasi virus dari inokulasi serum fase akut, pemeriksaan serologis dengan cara ELISA, pemeriksaan IgG dan IgM dengan metode Immuno Fluorescent Assay (IFA), pemeriksaan materi genetik dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), pemeriksaan antibodi dengan uji Hemaglutinasi Inhibisi (H.I Test) menggunakan serum diambil pada masa akut ( hari ke 5 mulai demam ) dan serum konvalesen pada minggu ke 2 sesudah demam serta sequencing.

 

1. Isolasi Virus

Isolasi virus chikungunya didasarkan pada inokulasi spesimen biologis dari nyamuk atau dari manusia (serum) secara invitro dengan menggunakan kultur jaringan sel vero, BHK-21, HeLa sel dan sel C6/36. Isolasi virus juga dapat dilakukan secara in vivo dengan menggunakan anak mencit yang masih menyusui (suckling mice).

Jenis untuk isolasi virus chikungunya adalah serum pada masa akut 0-6 hari, tetapi ada beberapa literatur menyebutkan bisa sampai 8 hari. Spesimen yang berasal dari nyamuk juga dapat digunakan untuk bahan isolasi virus. Semua spesimen biologis untuk isolasi virus harus diproses secepatnya, bila memang perlu ditunda maksimal penundaan adalah 48 jam dengan disimpan pada suhu 2-8oC

 

2. Deteksi Viral RNA


 

3. Serologi (Deteksi IgM dan atau IgG)

Infeksi Chikungunya juga dapat dideteksi secara serologi dengan mendeteksi anti-chik berupa IgM atau IgG. Sampai saat ini telah banyak dikembangkan teknik diagnostik untuk mendeteksi chikungunya secara serologi diantaranya Haemaglutination, Complement Fixation Test (CFT), Immuno flourescent assay (IFA), dan Plaque Reduction Neutralization Testing (PRNT). Antibodi IgM dapat dideteksi dari hari ke-4 infeksi sampai beberapa minggu waktu lamanya. Antibodi IgG dapat dideteksi hari ke- 15 sampai beberapa tahun lamanya.

 

Interpretasi:

1. Bila IgM (-) dan IgG (-) dengan gejala klinis jelas, pemeriksaan diulang 10-14 hari kemudian. Bila hasil pemeriksaan ulang IgM (+) IgG(-) berarti infeksi akut primer

2. Bila IgM (-)IgG(+) dilakukan pemeriksaan ulang 10-14 hari kemudian. Bila hasil pemeriksaan ulang IgG (+) dengan kenaikan titer >4X berarti infeksi sekunder.

3. Bila IgM (+) IgG(+) berarti sedang terjadi infeksi sekunder Untuk saat ini untuk pemeriksaan konfirmasi diagnosis chikungunya dapat dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BALIT BANGKES), B/BTKL PP, RSPI Soelianti Saroso, Labkesda. Metode yang digunakan adalah secara deteksi Antibodi (IgM dan atau IgG), deteksi molekuler (RT-PCR) dan Isolasi virus jika diperlukan.

Spesimen yang digunakan adalah Serum atau Plasma penderita pada masa akut. Jumlah spesimen yang dibutuhkan untuk konfirmasi KLB chikungunya adalah 5-10 spesimen dari setiap satuan KLB (per kecamatan/ per puskesmas). jika jumlah penderita > 10, namun jika jumlah penderita

Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan :

 

1. Hematologi rutin

a. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin. Biasanya dijumpai Hb normal atau anemia bila ada perdarahan .
b. Pemeriksaan Trombosit, Dapat ditemukan Trombositopenia
c. Pemeriksaan Hematokrit, Ht normal atau meningkat bila dengan dehidrasi
d. Pemeriksaan Leukosit, Leukopenia atau juga leukositosis
e. Hitung Jenis Leukosit, Pada hitung jenis bisa dijumpai relatif limfositosis.
f. Pemeriksaan Laju Endap Darah, LED meningkat karena adanya infeksi

 

2. Kimia Klinik

Fungsi hati : SGOT, SGPT dan bilirubin total/direk yang bisa meningkat bila dijumpai hepatomegali.
CK (Creatinin Kinase) yang meningkat karena adanya nyeri otot.

 

3. Serologis Chik: Rapid Diagnostic Test (RDT) terhadap anti-IgM.  

Chikungunya dapat dilakukan sebagai penapisan (screening) untuk diagnosis chikungunya. Pemilihan Rapid Diagnostik Test (RDT) juga harus memenuhi persyaratan sensitifitas dan spesifisitas diatas 85% dengan uji lokal.

 

4. Serologis Dengue : Anti Dengue IgM-IgG untuk menyingkirkan DBD

Terapi Chikungunya

Chikungunya merupakan self limiting disease, sampai saat ini penyakit ini belum ada obat ataupun vaksinnya, pengobatan hanya bersifat simtomatis dan suportif.

 

1. Simtomatis

Antipiretik : Parasetamol atau asetaminofen (untuk meredakan demam) Analgetik : Ibuprofen, naproxen dan obat Anti-inflamasi Non Steroid (AINS) lainnya (untuk meredakan nyeri persendian/athralgia/arthritis)  Catatan: Aspirin (Asam Asetil Salisilat) tidak dianjurkan karena adanya resiko perdarahan pada sejumlah penderita dan resiko timbulnya Reye’s syndrome pada anak-anak dibawah 12 tahun.

 

2. Suportif

•     Tirah baring (bedrest), batasi pergerakkan
•     Minum banyak untuk mengganti kehilangan cairan tubuh akibat muntah, keringat dan lain-lain.
•     Fisioterapi

 

3. Pencegahan penularan

•     Penggunaan kelambu selama masa viremia {sejak timbul gejala (onset of illness) sampai 7 hari

Baca juga:


قالب وردپرس